Dismenore banyak dialami oleh para wanita. Di Amerika Serikat diperkirakan hampir 90% wanita mengalami dismenore, dan 10-15% diantaranya mengalami dismenore berat, yang menyebabkan mereka tidak mampu melakukan kegiatan apapun (Jurnal Occupation And Environmental Medicine, 2008). Telah diperkirakan bahwa lebih dari 140 juta jam kerja yang hilang setiap tahunnya di Amerika Serikat karena dismenore primer (Schwarz, 1989). Di Indonesia angka kejadian dismenore sebesar 64.25 % yang terdiri dari 54,89% dismenore primer dan 9,36 % dismenore sekunder (Info sehat, 2008). Di Surabaya di dapatkan 1,07 %-1,31 % dari jumlah penderita dismenore datang kebagian kebidanan (Harunriyanto, 2008).
Dismenore adalah nyeri perut yang berasal dari kram rahim dan terjadi selama menstruasi (Imcw, 2007). Dismenore dapat disertai dengan rasa mual, muntah, diare dan kram, sakit seperti kolik diperut. Beberapa wanita bahkan pingsan dan mabok, keadaan ini muncul cukup hebat sehingga menyebabkan penderita mengalami “kelumpuhan” aktivitas untuk sementara (Youngson, 2002). Kelainan yang selalu timbul tidak mungkin menyebabkan kematian seseorang, tetapi hal ini akan sangat menggangu syarafnya, kadang-kadang sampai mengalami penderitaan yang menahun dan kronis (Hartati, 1990).
Patofisiologi terjadinya dismenorea hingga kini masih belum jelas. Namun ada pun beberapa factor yang diduga berperan dalam timbulnya dismenorea yaitu faktor psikis atau cemas dan konstitusi, faktor obstruksi canalis cervicalis, faktor alergi, faktor neurologist, vasopresin, prostaglandin, faktor hormonal, Leukotren, dan faktor status gizi.
My Journey
"You have brains in ur head, you have feet in your shoes.You can steer yourself any direction you choose.you're on your own and you know what you know.And you're the one who'll decide where to go"
Rabu, 26 Januari 2011
Demam Typoid
Berbagi Info dari Teman
Abstrak : Masyarakat saat ini tidak menyadari bahwa perilaku mereka dapat mempengaruhi kesehatan mereka. Pengetahuan dan sikap mengenai kesehatan harus diperbaiki sedini mungkin karena berpengaruh terhadap perilaku kesehatan keluarga mereka, khususnya terhadap kejadian penyakit demam typhoid.
Penelitian dilaksanakan di Ruang Melati salah satu rumah sakit dengan jumlah sampel 28 responden. Instrument yang digunakan adalah kuesioner dan lembar checklist.
Hasil analisa univariat menunjukkan bahwa sebanyak 15 responden (42.9 %) mempunyai pengetahuan kurang tentang demam typhoid, 21 responden (75.0 %) mempunyai sikap unfavorable tentang demam typhoid, 19 responden (67.9 %) mempunyai anak dari yang mengalami kejadian demam typhoid, sedangkan hasil analisa bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu tentang demam typhoid dengan kejadian demam typhoid pada anak
Hasil penelitian dapat dijadikan bahan acuan dan literatur dalam mengatasi masalah demam typhoid yang disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan sikap.
Latar Belakang : Berdasarkan data di Catatan Rekam Medik salah satu rumah sakit tahun 2008 diketahui bahwa angka kejadian demam typhoid pada anak adalah sebanyak 132 kasus, dimana sebanyak 30 (22,7 %) kasus terjadi pada anak usia 1 – 4 tahun dan 102 (77,3 %) kasus terjadi pada anak usia 5 – 14 tahun. sedangkan untuk periode Januari – Maret 2009 terjadi sebanyak 22 kasus terjadi pada anak usia 1 – 4 tahun sebanyak 7 (21,3 %) kasus dan 5 – 14 tahun sebanyak 15 (78,7 %) kasus.
Kecenderungan meningkatnya angka kejadian demam typhoid di Indonesia terjadi karena banyak faktor, antara lain kurangnya kesadaran masyarakat dan perubahan perilaku masyarakat yang terjadi saat ini sehingga berimbas pula pada perilaku kesehatan mereka. Oleh karena pengetahuan dan sikap masyarakat mengenai kesehatan harus diperbaiki sedini mungkin karena pengetahuan dan sikap masyarakat khususnya ibu tersebut berpengaruh terhadap perilaku kesehatan keluarga mereka, khususnya terhadap kejadian penyakit demam typhoid.
Masalah : Masih kurangnya pengetahuan dan sikap ibu tentang demam typhoid sehingga berakibat pada meningkatkan angka kejadian demam typhoid.
Tujuan : Mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu tentang demam typhoid dengan kejadian demam typhoid pada anak
Kepustakaan : Pengetahuan dapat dijelaskan sebagai hasil dari mengetahui obyek-obyek di alam nyata menurut akal dengan jalan pengamatan (Sadulloh dkk, 2007). sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu (Sutiadi, 2008). Demam typhoid (tifus abdominalis, enteric fever) adalah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran pencernaan dengan atau tanpa gangguan kesadaran (Sudarto, 2006).
Hasil Penelitian : Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 1 responden (3.5 %) mempunyai pengetahuan yang baik tentang penyakit demam tyhphoid, sebanyak 12 responden (42.9 %) berpengetahuan cukup, dan sebanyak 15 responden (53.6 %) berpengetahuan kurang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 7 responden (25.0 %) mempunyai sikap dengan kategori favorable dan sikap dengan kategori unfavorable sebanyak 21 responden (75.0 %).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 19 responden (67.9 %) mengatakan bahwa anaknya mengalami demam typhoid dan sebanyak 9 responden (32.1 %) mengatakan bahwa anaknya mengalami tidak demam typhoid.
Hasil uji statistik diperoleh nilai = 0.035, hal ini menunjukan hubungan antara pengetahuan ibu tentang demam typhoid dengan kejadian demam typhoid pada anak.
Hasil uji statistik diperoleh nilai = 0.040, hal ini menunjukan hubungan antara sikap ibu tentang demam typhoid dengan kejadian demam typhoid pada anak.
Pembahasan : Hasil penelitian menunjukan hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu tentang demam typhoid dengan kejadian demam typhoid pada anak.
Pengetahuan mempunyai hubungan terhadap masalah kesehatan, karena beberapa faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan diantaranya adalah faktor pengetahuan, sehingga jika pengetahuan ibu atau orang tua kurang tentang demam typhoid maka kemungkinan terjadinya demam typhoid juga akan lebih besar.
Sikap ibu terhadap demam typhoid mempunyai pengaruh terhadap kejadian demam typhoid. Sikap ibu dalam merawat anak untuk mencegah kejadian demam typhoid pada anak dipengaruhi oleh pendidikan ibu baik formal maupun non formal.
Kesimpulan dan Saran : Kesimpulan dalam penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu tentang demam typhoid dengan kejadian demam typhoid pada anak sehingga hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan acuan dan literatur dalam mengatasi masalah demam typhoid yang disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan sikap.
Daftar Pustaka : Arikunto. 1997. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. PT Rhineka Cipta. Jakarta.
________. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. PT Rhineka Cipta. Jakarta.
Azwar. 1995. Sikap Manusia dan Pengukurannya. Pustaka Pelajar. Jakarta.
Djauzi. 2005. Panduan Hidup Sehat, Dari Soal Alergi Sampai Gemuk, Cetakan 1, Penerbit Buku Kompas. Jakarta.
Depkes RI. 2004. Pengetahuan Tentang Alat Kontrasepsi Alamiah. http://www.google,com
Liana. 2008. Buku kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Infeksi Tropik. FKUI. Jakarta.
Mansjoer. 2006. Kapita Selekta Kedokteran. Demam Tifoid. FKUI. Jakarta.
Muchlas. 1998. Perilaku Organisasi. UGM, Yogyakarta.
Mochammad. 2000. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern. Pustaka Amani. Jakarta.
Notoatmodjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. PT. Asdi Mahasatya. Jakarta.
___________. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan Edisi Revisi. Rineka Cipta Jakarta.
Nursalam. 2005. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. FKUI. Jakarta.
Rasman. 2007. Skripsi : Hubungan Anatara Pengetahuan Dan Sikap Ibu Yang Memberikan Susu Formula Dengan Kejadian Diare Pada Anak Balita Umur 0 – 5 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Junti I Kabupaten Cilacap. STIK Bina Putera. Banjar.
Sadulloh, dkk. 2007. Pedagogik. Cipta Utama. Bandung.
Simanjuntak, 2007. Perkembangan Vaksin Oral Demam Typhoid. Medika. Jakarta.
Soedarmita. 2002. Tahu dan Pengetahuan. Rineka Cipta. Jakarta.
Soedarto. 2007 Sinopsis Kedokteran Tropis, Cetakan 1. Airlangga Universitas Press. Surabaya.
Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Administrasi. Alfabeta. Bandung.
Suhardjo. 2008. Typhus Abdominalis Dengan Penyakit Perdarahan Usus Yang Massif. MKI. Jakarta.
Taryana. 2007. Skripsi : Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Ibu Melahirkan Tentang Imunisasi Uniject Hepatitis B Dengan Imunisasi Uniject Hepatitis B Pada Bayi Usia 0 – 7 Hari Di Desa Bangunjaya Kecamatan Langkap Lancar Periode Januari – Mei 2007. STIK Bina Putera. Banjar.
Umar. 2004. Metodologi Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Vebrina. 2007. Macam-macam Penyakit Menular dan cara Pencegahannya. Medika Farma. Jakarta
Abstrak : Masyarakat saat ini tidak menyadari bahwa perilaku mereka dapat mempengaruhi kesehatan mereka. Pengetahuan dan sikap mengenai kesehatan harus diperbaiki sedini mungkin karena berpengaruh terhadap perilaku kesehatan keluarga mereka, khususnya terhadap kejadian penyakit demam typhoid.
Penelitian dilaksanakan di Ruang Melati salah satu rumah sakit dengan jumlah sampel 28 responden. Instrument yang digunakan adalah kuesioner dan lembar checklist.
Hasil analisa univariat menunjukkan bahwa sebanyak 15 responden (42.9 %) mempunyai pengetahuan kurang tentang demam typhoid, 21 responden (75.0 %) mempunyai sikap unfavorable tentang demam typhoid, 19 responden (67.9 %) mempunyai anak dari yang mengalami kejadian demam typhoid, sedangkan hasil analisa bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu tentang demam typhoid dengan kejadian demam typhoid pada anak
Hasil penelitian dapat dijadikan bahan acuan dan literatur dalam mengatasi masalah demam typhoid yang disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan sikap.
Latar Belakang : Berdasarkan data di Catatan Rekam Medik salah satu rumah sakit tahun 2008 diketahui bahwa angka kejadian demam typhoid pada anak adalah sebanyak 132 kasus, dimana sebanyak 30 (22,7 %) kasus terjadi pada anak usia 1 – 4 tahun dan 102 (77,3 %) kasus terjadi pada anak usia 5 – 14 tahun. sedangkan untuk periode Januari – Maret 2009 terjadi sebanyak 22 kasus terjadi pada anak usia 1 – 4 tahun sebanyak 7 (21,3 %) kasus dan 5 – 14 tahun sebanyak 15 (78,7 %) kasus.
Kecenderungan meningkatnya angka kejadian demam typhoid di Indonesia terjadi karena banyak faktor, antara lain kurangnya kesadaran masyarakat dan perubahan perilaku masyarakat yang terjadi saat ini sehingga berimbas pula pada perilaku kesehatan mereka. Oleh karena pengetahuan dan sikap masyarakat mengenai kesehatan harus diperbaiki sedini mungkin karena pengetahuan dan sikap masyarakat khususnya ibu tersebut berpengaruh terhadap perilaku kesehatan keluarga mereka, khususnya terhadap kejadian penyakit demam typhoid.
Masalah : Masih kurangnya pengetahuan dan sikap ibu tentang demam typhoid sehingga berakibat pada meningkatkan angka kejadian demam typhoid.
Tujuan : Mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu tentang demam typhoid dengan kejadian demam typhoid pada anak
Kepustakaan : Pengetahuan dapat dijelaskan sebagai hasil dari mengetahui obyek-obyek di alam nyata menurut akal dengan jalan pengamatan (Sadulloh dkk, 2007). sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu (Sutiadi, 2008). Demam typhoid (tifus abdominalis, enteric fever) adalah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran pencernaan dengan atau tanpa gangguan kesadaran (Sudarto, 2006).
Hasil Penelitian : Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 1 responden (3.5 %) mempunyai pengetahuan yang baik tentang penyakit demam tyhphoid, sebanyak 12 responden (42.9 %) berpengetahuan cukup, dan sebanyak 15 responden (53.6 %) berpengetahuan kurang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 7 responden (25.0 %) mempunyai sikap dengan kategori favorable dan sikap dengan kategori unfavorable sebanyak 21 responden (75.0 %).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 19 responden (67.9 %) mengatakan bahwa anaknya mengalami demam typhoid dan sebanyak 9 responden (32.1 %) mengatakan bahwa anaknya mengalami tidak demam typhoid.
Hasil uji statistik diperoleh nilai = 0.035, hal ini menunjukan hubungan antara pengetahuan ibu tentang demam typhoid dengan kejadian demam typhoid pada anak.
Hasil uji statistik diperoleh nilai = 0.040, hal ini menunjukan hubungan antara sikap ibu tentang demam typhoid dengan kejadian demam typhoid pada anak.
Pembahasan : Hasil penelitian menunjukan hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu tentang demam typhoid dengan kejadian demam typhoid pada anak.
Pengetahuan mempunyai hubungan terhadap masalah kesehatan, karena beberapa faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan diantaranya adalah faktor pengetahuan, sehingga jika pengetahuan ibu atau orang tua kurang tentang demam typhoid maka kemungkinan terjadinya demam typhoid juga akan lebih besar.
Sikap ibu terhadap demam typhoid mempunyai pengaruh terhadap kejadian demam typhoid. Sikap ibu dalam merawat anak untuk mencegah kejadian demam typhoid pada anak dipengaruhi oleh pendidikan ibu baik formal maupun non formal.
Kesimpulan dan Saran : Kesimpulan dalam penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu tentang demam typhoid dengan kejadian demam typhoid pada anak sehingga hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan acuan dan literatur dalam mengatasi masalah demam typhoid yang disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan sikap.
Daftar Pustaka : Arikunto. 1997. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. PT Rhineka Cipta. Jakarta.
________. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. PT Rhineka Cipta. Jakarta.
Azwar. 1995. Sikap Manusia dan Pengukurannya. Pustaka Pelajar. Jakarta.
Djauzi. 2005. Panduan Hidup Sehat, Dari Soal Alergi Sampai Gemuk, Cetakan 1, Penerbit Buku Kompas. Jakarta.
Depkes RI. 2004. Pengetahuan Tentang Alat Kontrasepsi Alamiah. http://www.google,com
Liana. 2008. Buku kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Infeksi Tropik. FKUI. Jakarta.
Mansjoer. 2006. Kapita Selekta Kedokteran. Demam Tifoid. FKUI. Jakarta.
Muchlas. 1998. Perilaku Organisasi. UGM, Yogyakarta.
Mochammad. 2000. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern. Pustaka Amani. Jakarta.
Notoatmodjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. PT. Asdi Mahasatya. Jakarta.
___________. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan Edisi Revisi. Rineka Cipta Jakarta.
Nursalam. 2005. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. FKUI. Jakarta.
Rasman. 2007. Skripsi : Hubungan Anatara Pengetahuan Dan Sikap Ibu Yang Memberikan Susu Formula Dengan Kejadian Diare Pada Anak Balita Umur 0 – 5 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Junti I Kabupaten Cilacap. STIK Bina Putera. Banjar.
Sadulloh, dkk. 2007. Pedagogik. Cipta Utama. Bandung.
Simanjuntak, 2007. Perkembangan Vaksin Oral Demam Typhoid. Medika. Jakarta.
Soedarmita. 2002. Tahu dan Pengetahuan. Rineka Cipta. Jakarta.
Soedarto. 2007 Sinopsis Kedokteran Tropis, Cetakan 1. Airlangga Universitas Press. Surabaya.
Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Administrasi. Alfabeta. Bandung.
Suhardjo. 2008. Typhus Abdominalis Dengan Penyakit Perdarahan Usus Yang Massif. MKI. Jakarta.
Taryana. 2007. Skripsi : Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Ibu Melahirkan Tentang Imunisasi Uniject Hepatitis B Dengan Imunisasi Uniject Hepatitis B Pada Bayi Usia 0 – 7 Hari Di Desa Bangunjaya Kecamatan Langkap Lancar Periode Januari – Mei 2007. STIK Bina Putera. Banjar.
Umar. 2004. Metodologi Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Vebrina. 2007. Macam-macam Penyakit Menular dan cara Pencegahannya. Medika Farma. Jakarta
Kata SYUKUR
Ngintip Email tetangga
Kata-kata di atas merupakan wujud syukur. Syukur merupakan kualitas hati yang terpenting. Dengan bersyukur kita akan senantiasa diliputi rasa damai, tentram dan bahagia. Sebaliknya, perasaan tak bersyukur akan senantiasa membebani kita. Kita akan selalu merasa kurang dan tak bahagia.
Ada dua hal yang sering membuat kita tak bersyukur. Pertama : Kita sering memfokuskan diri pada apa yang kita inginkan, bukan pada apa yang kita miliki. Katakanlah Anda telah memiliki sebuah rumah, kendaraan, pekerjaan tetap, dan pasangan yang terbaik. Tapi Anda masih merasa kurang. Pikiran Anda dipenuhi berbagai target dan keinginan. Anda begitu terobsesi oleh rumah yang besar dan indah, mobil mewah, serta pekerjaan yang mendatangkan lebih banyak uang. Kita ingin ini dan itu. Bila tak mendapatkannya kita terus memikirkannya. Tapi anehnya, walaupun sudah mendapatkannya, kita hanya menikmati kesenangan sesaat. Kita tetap tak puas, kita ingin yanglebih lagi. Jadi, betapapun banyaknya harta yang kita miliki, kita tak pernah menjadi "KAYA" dalam arti yang sesungguhnya.
Mari kita luruskan pengertian kita mengenai orang ''kaya''. Orang yang ''kaya'' bukanlah orang yang memiliki banyak hal, tetapi orang yang dapat menikmati apapun yang mereka miliki. Tentunya boleh-boleh saja kita memiliki keinginan, tapi kita perlu menyadari bahwa inilah akar perasaan tak tentram. Kita dapat mengubah perasaan ini dengan berfokus pada apa yang sudah kita miliki. Cobalah lihat keadaan disekeliling Anda, pikirkan yang Anda miliki, dan syukurilah. Anda akan merasakan nikmatnya hidup.
Pusatkanlah perhatian Anda pada sifat-sifat baik atasan, pasangan, dan orang-orang di sekitar Anda. Mereka akan menjadi lebih menyenangkan. Seorang pengarang pernah mengatakan, ''Menikahlah dengan orang yang Anda cintai, setelah itu cintailah orang yang Anda nikahi.'' Ini perwujudan rasa syukur.
Ada cerita menarik mengenai seorang kakek yang mengeluh karena tak dapatmembeli sepatu, padahal sepatunya sudah lama rusak. Suatu sore ia melihat seseorang yang tak mempunyai kaki, tapi tetap ceria. Saat itu juga si kakek berhenti mengeluh dan mulai bersyukur.
Hal kedua yang sering membuat kita tak bersyukur adalah kecenderungan membanding-bandingkan diri kita dengan orang lain. Kita merasa orang lain lebih beruntung. Kemanapun kita pergi, selalu ada orang yang lebih pandai, lebih tampan, lebih cantik, lebih percaya diri dan lebih kaya dari kita.
Saya ingat, pertama kali bekerja saya senantiasa membandingkan penghasilan saya dengan rekan-rekan semasa kuliah. Perasaan ini membuat saya resah dan gelisah. Sebagai mantan mahasiswa teladan di kampus, saya merasa gelisah setiap mengetahui ada kawan satu angkatan yang memperoleh penghasilan diatas saya. Nyatanya, selalu saja ada kawan yang penghasilannya melebihi saya. Saya menjadi gemar bergonta-ganti pekerjaan, hanya untuk mengimbangi rekan-rekan saya. Saya bahkan tak peduli dengan jenis pekerjaannya, yangpenting gajinya lebih besar. Sampai akhirnya saya sadar bahwa hal ini takakan pernah ada habisnya. Saya berubah dan mulai mensyukuri apa yang sayadapatkan. Kini saya sangat menikmati pekerjaan saya.
Rumput tetangga memang sering kelihatan lebih hijau dari rumput di pekarangan sendiri.
Ada cerita menarik mengenai dua pasien rumah sakit jiwa. Pasien pertama sedang duduk termenung sambil menggumam,''Lulu, Lulu.''
Seorang pengunjung yang keheranan menanyakan masalah yang dihadapi orang ini. Si dokter menjawab, ''Orang ini jadi gila setelah cintanya ditolak oleh Lulu.'' Si pengunjung manggut-manggut, tapi begitu lewat sel lain ia terkejut melihat penghuninya terus menerus memukulkan kepalanya di tembok dan berteriak,''Lulu, Lulu''.''Orang ini juga punya masalah dengan Lulu?'' tanyanya keheranan. Dokter kemudian menjawab,''Ya, dialah yang akhirnya menikah dengan Lulu.''
Hidup akan lebih bahagia kalau kita dapat menikmati apa yang kita miliki. Karena itu bersyukur merupakan kualitas hati yang tertinggi.
Saya ingin mengakhiri tulisan ini dengan cerita mengenai seorang ibu yang sedang terapung di laut karena kapalnya karam, namun tetap berbahagia.
Ketika ditanya kenapa demikian, ia menjawab, ''Saya mempunyai dua anak laki-laki. Yang pertama sudah meninggal, yang kedua hidup ditanah seberang. Kalau berhasil selamat, saya sangat bahagia karena dapat berjumpa dengan anak kedua saya. Tetapi kalaupun mati tenggelam, saya juga akan berbahagia karena saya akan berjumpa dengan anak pertama saya di surga.''
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Best regards,
Arsy
Kata-kata di atas merupakan wujud syukur. Syukur merupakan kualitas hati yang terpenting. Dengan bersyukur kita akan senantiasa diliputi rasa damai, tentram dan bahagia. Sebaliknya, perasaan tak bersyukur akan senantiasa membebani kita. Kita akan selalu merasa kurang dan tak bahagia.
Ada dua hal yang sering membuat kita tak bersyukur. Pertama : Kita sering memfokuskan diri pada apa yang kita inginkan, bukan pada apa yang kita miliki. Katakanlah Anda telah memiliki sebuah rumah, kendaraan, pekerjaan tetap, dan pasangan yang terbaik. Tapi Anda masih merasa kurang. Pikiran Anda dipenuhi berbagai target dan keinginan. Anda begitu terobsesi oleh rumah yang besar dan indah, mobil mewah, serta pekerjaan yang mendatangkan lebih banyak uang. Kita ingin ini dan itu. Bila tak mendapatkannya kita terus memikirkannya. Tapi anehnya, walaupun sudah mendapatkannya, kita hanya menikmati kesenangan sesaat. Kita tetap tak puas, kita ingin yanglebih lagi. Jadi, betapapun banyaknya harta yang kita miliki, kita tak pernah menjadi "KAYA" dalam arti yang sesungguhnya.
Mari kita luruskan pengertian kita mengenai orang ''kaya''. Orang yang ''kaya'' bukanlah orang yang memiliki banyak hal, tetapi orang yang dapat menikmati apapun yang mereka miliki. Tentunya boleh-boleh saja kita memiliki keinginan, tapi kita perlu menyadari bahwa inilah akar perasaan tak tentram. Kita dapat mengubah perasaan ini dengan berfokus pada apa yang sudah kita miliki. Cobalah lihat keadaan disekeliling Anda, pikirkan yang Anda miliki, dan syukurilah. Anda akan merasakan nikmatnya hidup.
Pusatkanlah perhatian Anda pada sifat-sifat baik atasan, pasangan, dan orang-orang di sekitar Anda. Mereka akan menjadi lebih menyenangkan. Seorang pengarang pernah mengatakan, ''Menikahlah dengan orang yang Anda cintai, setelah itu cintailah orang yang Anda nikahi.'' Ini perwujudan rasa syukur.
Ada cerita menarik mengenai seorang kakek yang mengeluh karena tak dapatmembeli sepatu, padahal sepatunya sudah lama rusak. Suatu sore ia melihat seseorang yang tak mempunyai kaki, tapi tetap ceria. Saat itu juga si kakek berhenti mengeluh dan mulai bersyukur.
Hal kedua yang sering membuat kita tak bersyukur adalah kecenderungan membanding-bandingkan diri kita dengan orang lain. Kita merasa orang lain lebih beruntung. Kemanapun kita pergi, selalu ada orang yang lebih pandai, lebih tampan, lebih cantik, lebih percaya diri dan lebih kaya dari kita.
Saya ingat, pertama kali bekerja saya senantiasa membandingkan penghasilan saya dengan rekan-rekan semasa kuliah. Perasaan ini membuat saya resah dan gelisah. Sebagai mantan mahasiswa teladan di kampus, saya merasa gelisah setiap mengetahui ada kawan satu angkatan yang memperoleh penghasilan diatas saya. Nyatanya, selalu saja ada kawan yang penghasilannya melebihi saya. Saya menjadi gemar bergonta-ganti pekerjaan, hanya untuk mengimbangi rekan-rekan saya. Saya bahkan tak peduli dengan jenis pekerjaannya, yangpenting gajinya lebih besar. Sampai akhirnya saya sadar bahwa hal ini takakan pernah ada habisnya. Saya berubah dan mulai mensyukuri apa yang sayadapatkan. Kini saya sangat menikmati pekerjaan saya.
Rumput tetangga memang sering kelihatan lebih hijau dari rumput di pekarangan sendiri.
Ada cerita menarik mengenai dua pasien rumah sakit jiwa. Pasien pertama sedang duduk termenung sambil menggumam,''Lulu, Lulu.''
Seorang pengunjung yang keheranan menanyakan masalah yang dihadapi orang ini. Si dokter menjawab, ''Orang ini jadi gila setelah cintanya ditolak oleh Lulu.'' Si pengunjung manggut-manggut, tapi begitu lewat sel lain ia terkejut melihat penghuninya terus menerus memukulkan kepalanya di tembok dan berteriak,''Lulu, Lulu''.''Orang ini juga punya masalah dengan Lulu?'' tanyanya keheranan. Dokter kemudian menjawab,''Ya, dialah yang akhirnya menikah dengan Lulu.''
Hidup akan lebih bahagia kalau kita dapat menikmati apa yang kita miliki. Karena itu bersyukur merupakan kualitas hati yang tertinggi.
Saya ingin mengakhiri tulisan ini dengan cerita mengenai seorang ibu yang sedang terapung di laut karena kapalnya karam, namun tetap berbahagia.
Ketika ditanya kenapa demikian, ia menjawab, ''Saya mempunyai dua anak laki-laki. Yang pertama sudah meninggal, yang kedua hidup ditanah seberang. Kalau berhasil selamat, saya sangat bahagia karena dapat berjumpa dengan anak kedua saya. Tetapi kalaupun mati tenggelam, saya juga akan berbahagia karena saya akan berjumpa dengan anak pertama saya di surga.''
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Best regards,
Arsy
Diabetes Melitus
DIABETES MELITUS
A. Latar Belakang Masalah
Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Di negara maju, insiden diabetes melitus adalah 5%, dan sejumlah 5% orang cenderung untuk mendapatkan penyakit ini.
Pada tahun 1995, tercatat penderita diabetes di Indonesia merupakan urutan ke-7 di dunia dengan urutan pertama India, yang selanjutnya Cina, Amerika Serikat, Rusia, Jepang, dan Brazil. Diperkirakan jumlah ini akan terus berkembang pada tahun-tahun berikutnya.
Usia harapan hidup rata-rata pasien diabetes berkurang sembilan tahun bagi laki-laki dan tujuh tahun bagi perempuan bila dibandingkan dengan yang bukan pasien diabetes. Pengurangan usia ini paling besar bila awitan penyakit terjadi pada usia muda.
Pasien diabetes sebenarnya relatif dapat hidup normal asalkan mereka mengetahui dengan baik keadaan dan cara penatalaksanaan penyakit yang dideritanya. Oleh karena itu, edukasi pasien amatlah perlu. Karena kualitas hidup semua pasien diabetes sangat terpengaruh oleh banyaknya komplikasi yang menimbulkan bahaya. Terlebih lagi, perlunya diet ketat dan pengobatan terus-menerus menimbulkan pergulatan emosi yang terus-menerus pula, bagi banyak pasien.
Penyebab kematian pada diabetes (urut frekuensi) adalah infark miokard, gagal ginjal, stroke, infeksi, ketoasidosis, koma hiperosmolar, hipoglikemia.
B. TINJAUAN PUSTAKA
Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme berupa hilangnya toleransi glukosa.
Metabolisme insulin normal
Insulin adalah polipeptida yang terdiri dari rantai A dengan 21 asam amino dan rantai B dengan 30 asam amino. Kedua rantai tersebut berikatan dengan ikatan disulfida. Pada manusia, gen untuk insulin terletak di lengan pendek kromosom 11. Insulin disintesis oleh sel beta diawali dengan translasi RNA insulin oleh ribosom yang melekat pada RE membentuk preprohormon. Preprohormon diubah menjadi proinsulin, lalu melekat pada golgi membentuk insulin. Waktu paruh insulin dalam sirkulasi sekitar 5-6 menit.
Mekanisme kerja insulin
Kerja insulin dimulai ketika terikat dengan reseptor glukoprotein yang spesifik pada permukaan sel target. Ketika insulin terikat dengan reseptor, beberapa peristiwa akan terjadi : (1) terjadi perubahan bentuk reseptor, (2) reseptor berikatan silang membentuk mikroagregat, (3) reseptor diinternalisasi, (4) dihasilkan satu atau lebih sinyal. Sinyal yang dihasilkan merangsang kerja pengangkutan, fosforilasi protein, aktivasi dan inhibitisi protein, dan terjadi sintesis RNA.
Gen reseptor insulin manusia terletak pada kromosom 19. Reseptor ini merupakan heterodimer yang terdiri atas dua subunit alfa dan beta. Subunit alfa seluruhnya berada di luar sel dan mengikat insulin. Subunit beta merupakan protein transmembran yang melaksanakan fungsi tranduksi sinyal.
Etiologi diabetes melitus
Diabetes melitus disebabkan oleh defisiensi insulin relatif atau absolut. Pada diabetes tipe I atau Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM) terdapat defisiensi insulin absolut yang disebabkan oleh autoimun atau idiopatik. Sedangkan diabetes tipe II atau Non Insulin Dependent Diabetes melitus (NIDDM), defisiensi insulin bersifat relatif dengan kadar insulin serum kadang biasanya normal atau mungkin bahkan meningkat, yang disebabkan kelainan dalam pengikatan insulin pada reseptor. Kelainan ini dapat disebabkan oleh berkurangnya jumlah reseptor atau akibat ketidaknormalan reseptor insulin intrinsik. Selain tipe I dan tipe II, masih ada lagi jenis lain dari diabetes seperti MODY, defek genetik kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas, endokrinopati, karena obat, infeksi, antibodi insulin, gestasional DM.
Manifestasi klinis
Manifestasi klinis dikaitkan dengan konsekuensi metabolik defisiensi insulin. Diagnosis awal dengan gejala khas berupa polifagia, poliuria, polidipsia, lemas, berat badan turun tanpa sebab yang jelas. Gejala lain yang mungkin dikeluhkan pasien adalah kesemutan, gatal, mata kabur, impotensi, pruritas vulva pada wanita.
Diagnosis
Keluhan dan gejala yang khas ditambah hasil pemeriksaan glukosa darah sewaktu >200 mg/dl, glukosa darah puasa >126 mg/dl sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM. Untuk diagnosis DM dan gangguan toleransi glukosa lainnya diperiksa glukosa darah 2 jam setelah beban glukosa. Sekurang-kurangnya diperlukan kadar glukosa darah 2 kali abnormal untuk konfirmasi diagnosis DM pada hari yang lain atau Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) yang abnormal. Konfirmasi tidak diperlukan pada keadaan khas hiperglikemia dengan dekompensasi metabolik akut, seperti ketoasidosis, berat badan yang menurun cepat, dll..
Ada perbedaan antara uji diagnostik DM dan pemeriksaan penyaring. Uji diagnostik dilakukan pada mereka yang menunjukan gejala DM, sedangkan pemeriksaan penyaring bertujuan untuk mengidentifikasi mereka yang tidak bergejala, tapi punya resiko DM (usia >45 tahun, berat badan lebih, hipertensi, riwayat keluarga DM, riwayat abortus berulang, melahirkan bayi >4000 gr, kolesterol HDL <= 35 mg/dl, atau trigliserida >= 250 mg/dl). Uji diagnostik dilakukan pada mereka yang positif uji penyaring.
Komplikasi
A. Akut B. Kronik
1. koma hipoglikemia 1. mikroangiopati
2. ketoasidosis 2. makroangiopati
3. koma hiperosmolar nonketotik
Penatalaksanaan
A. Perencanaan makan C. Obat hipoglikemik
B. Latihan jasmani D. Penyuluhan
PEMBAHASAN
Sebelum membahas dan mendiagnosis penyakit, harus diketahui dahulu kesan umum pasien yang dapat diambil/ dilakukan saat anamnesis.
Dalam skenario pada kasus di atas, dapat dilihat kesan umum sebagai berikut :
1. usia = 55 tahun
2. BB= 90 kg, TB= 156 cm. Dari data tersebut dapat dicari indeks massa tubuh (BMI) dengan rumus, BMI= BB/ (TB)2 (BB dalam kg dan TB dalam meter), maka BMI= 90 / (1,56) 2 = 36,98. Berdasarkan kriteria dari Depkes, 1996, BMI > 27 adalah gemuk tingkat berat atau obes. Begitu pula berdasar WHO, dikatakan obes bila BMI > 30.
3. poliuria dengan frekuensi 10-15 kali sehari.
4. kedua kaki terasa kesemutan, hal ini mendasari kenapa dokter pada skenario mendiagnosis polineuropati dan merujuknya ke poliklinik neurologi.
5. pernah menderita gout arthritis.
6. ada riwayat keluarga dengan diabetes melitus, yaitu anak laki-laki dan saudara laki-lakinya.
7. tekanan darah tinggi, yaitu 150/100 mmHg. Berdasarkan The Joint National Committe (JNC) VII, penilaian tekanan darah dengan sistolik 140-159 dan diatolik 90-99, adalah hipertensi tahap pertama (stage 1 hypertension)
8. pemeriksaan laboratorium dengan hasil : kolesterol total 250 mg/dl (N < 200), trigliserida 350 mg/dl (N= 40-155), HDL 35 mg/dl (N laki-laki 35-55, wanita 45-65), LDL 215 mg/dl (N < 130), ureum 70 mg/dl (N=20-40), kreatinin 2 mg/dl (N= 0,5-1,5), asam urat 10 mg/dl (N=3-7). Berarti terjadi kenaikan semua hasil pemeriksaan, kecuali HDL kolesterol. Ini menunjukan gejala dislipidemia (hiperlipidemia) Dari data tersebuit di atas, dapat diambil kemungkinan sementara penyakit yang diderita adalah lebih condong pada diabetes melitus. Hal ini dikarenakan : 1. menunjukan beberapa gejala khas DM, yaitu poliuria, kesemutan, dan obes. 2. ada riwayat keluarga DM. 3. adanya kemungkinan komplikasi DM berupa hipertensi, dislipidemia, kesemutan (merupakan salah satu gejala neuropati). 4. mempunya resiko yang besar terhadap DM, yaitu usia > 40 tahun, ada riwayat keluarga DM, hipertensi, obes.
Namun, tidak dapat ditegakkan diagnosis jika hanya melihat data tersebut. Untuk menegakkan diagnosis DM perlu dilakukan pemeriksaan gula darah sewaktu yang > 200 mg/dl. Skema diagnosisnya adalah sebagai berikut :
skema diagnosis dm
Karena pada skenario tidak didapatkan data pemeriksaan gula, maka tidak dapat dipastikan pasien tersebut menderita DM.
Namun, ada beberapa gejala / penyakit yang dapat diberi penatalaksanaan sementara, yaitu untuk mengobati hipertensi, obesitas, dan dislipidemia.
1. Hipertensi. Ada tiga kelompok yang beresiko hipertensi :
a. Pasien dengan tekanan darah perbatasan 140-160 atau > 160, tanpa gejala penyakit kardiovaskular, kerusakan organ, atau faktor risiko lainnya. Bila dengan modifikasi gaya hidup, tekanan darah belum turun, maka diberi obat antihipertensi.
b. Pasien tanpa penyakit kardiovaskular dan kerusakan organ, tapi memiliki faktor risiko (usia > 60 tahun, merokok, dislipidemia, DM, riwayat keluarga), namun bukan DM, maka langsung diberi obat antihipertensi.
c. Pasien dengan penyakit kardiovaskular atau kerusakan organ yang jelas diberi obat sesuai jenis kerusakannya seperti beta bloker untuk infark miokard.
2. Obes. Secara keseluruhan pengelolaan obes mencakup :
a. Nonfarmakologis : pengaturan makan dengan mengurangi asupan kalori dan latihan jasmani.
b. Farmakologis : misal diethylpropion, flenfuranin.
c. Bedah pada kasus tertentu.
3. Dislipidemia dengan : (1) diet rendah lemak, (2) obat, seperti genfibrozil.
Selanjutnya akan saya bahas mengenai DM pada anak laki-laki pasien dan penyakit yang diderita saudara laki-laki pasien.
Pada skenario didapatkan riwayat anak laki-laki dari pasien pernah dirawat karena DM. Seperti diketahui sebelumnya, secara klinis DM dibagi menjadi tipe 1, tipe 2, dan tipe lainnya. DM tipe 1 (IDDM) disebabkan oleh kerusakan sel beta pankreas, sehingga insulin tidak terbentuk. Konsekuensinya, tanpa insulin yang cukup glukosa darah sukar diikat oleh sel target, sehingga timbulah hipergklikemia dalam darah. DM tipe 2 (NIDDM) disebabkan resistensi insulin, dimana sel beta pankreas dapat dengan normal mensekresi insulin, namun insulin tidak dapat berikatan dengan reseptor.
Tampaknya pada kasus ini, anak tersebut menderita DM tipe 1, hal ini terlihat pada keadaan penderita yang semula gemuk kemudian kurus. Mekanismenya sebagai berikut : semula gemuk, terkena DM tipe 1, kekurangan insulin, sel tidak dapat mengikat glukosa, terjadi lipolisis dan proteolisis dari sel otot, lemak dipecah, cadangan lemak berkurang, otot menipis, lalu kurus. Sedangkan pada tipe 2, justru terjadi sebaliknya. Karena kadar insulin yang cukup bahkan hiperinsulin, sel akan mudah mengikat lemak dan protein, walau terjadi resistensi terhadap glukosa, sehingga tubuh penderita akan gemuk.
Pembahasan selanjutnya, pada saudara laki-laki pasien. Didapatkan data pada skenario, penderita minum obat glibenklamid 3 x sehari. Glibenklamid adalah salah satu obat DM tipe 1 dari golongan sulfonilurea yang berfungsi salah satunya meningkatkan sekresi insulin. Namun, karena dosis terlalu banyak yang seharusnya sehari cukup 1 tablet, maka terjadi hipoglikemia. Hal inilah yang menyebabkan penderita dibawa ke rumah sakit.
Gejala hipoglikemia terdiri dari dua fase :
1. Fase 1 yaitu gejala yang timbul akibat aktivasi pusat otonom di hipotalamus sehingga dilepaskannya horman epinefrin, termasuk gejala peringatan. Gejala berupa palpitasi, keluar banyak keringat, tremor, ketakutan, lapar, mual.
2. Fase 2 yaitu gejala akibat gangguan fungsi otak, dinamakna gejala neurologi. Gejala berupa pusing, pandangan kabur, ketajaman mental menurun, hilang keterampilan motorik halus, penurunan kesadaran, kejang, koma.
Penatalaksanaan dilakukan bila pasien masih sadar dengan minum larutan gula 10-30 gr. Bila tidak sadar, diberi suntikan bolus dekstrosa 15-25 gr atau mengoleskan madu/sirup pada mukosa pipi. Bila belum sadar juga, kadar glukosa perlu diperiksa untuk dievaluasi lebih lanjut. Setelah pasien sadar beri infus dekstrosa 10% ± 3 har, dengan monitor glukosa darah 90-180 mg% tiap 3-6 jam.
Jika ditelisik, ternyata penderita ini pernah diamputasi. Tampaknya penderita pernah mengalami komplikasi DM, yitu ulkus/ gangren diabetik.
Penanganan pada DM itu sendiri dibagi dua, jangka pendek untuk menghilangkan gejala dan jangka panjang untuk mencegah komplikasi. Tujuan tersebut dilaksanakan dengan cara menormalkan kadar glukosa, lipid, dan insulin.
Kerangka utama penatalaksanaan DM, yaitu :
1. Perencanaan makan / diet.
Menurut standar PERKENI, santapan seimbang berupa karbohidart 60-70%, protein 10-15%, lemak 20-25%. Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, sters akut, dan kegiatan jasmani.
2. Latihan jasmani
3. Obat seperti sulfonilurea, biguanid, inhibitor alfa glukosidase, insulin.
PENUTUP
SIMPULAN
1. Pasien pada skenario di atas mempunyai kemungkinan besar menderita diabetes melitus, tetapi belum dapat ditegakkan diagnosis jika belum dilakukan tes glukosa darah sewaktu dan puasa.
2. Pasien menderita hipertensi, dislipidemia, dan obes dan didiagnosis menderita polineuropati.
SARAN
Sebaiknya pasien secepatnya dilakukan tes glukosa darah sewaktu dan puasa untuk menegakan diagnosis apakah terkena DM.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ganong, William F. 1998. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 17th . Jakarta: EGC.
2. Guyton, AC. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 9th . Jakarta: EGC.
3. Hadley, Mac E. 2000. Endocrinology. 5th . New Jersey: Prentice Hall, inc.
4. Mansjoer, Arif, dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. Edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius FKUI.
5. Murray, Robert K (et al). 2003. Biokimia Harper. 5th ed. Jakarta : EGC
6. Parakrama Chandrasoma dan Clive R Taylor. 2005. Ringkasan Patologi Anatomi. Edisi 2. Jakarta : EGC.
7. Price and Willson. 2005. Patofisiologi. 6th . Jakarta: EGC.
8. Tjokronegoro, Arjatmo, dkk. 2002. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1. Edisi 3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
A. Latar Belakang Masalah
Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Di negara maju, insiden diabetes melitus adalah 5%, dan sejumlah 5% orang cenderung untuk mendapatkan penyakit ini.
Pada tahun 1995, tercatat penderita diabetes di Indonesia merupakan urutan ke-7 di dunia dengan urutan pertama India, yang selanjutnya Cina, Amerika Serikat, Rusia, Jepang, dan Brazil. Diperkirakan jumlah ini akan terus berkembang pada tahun-tahun berikutnya.
Usia harapan hidup rata-rata pasien diabetes berkurang sembilan tahun bagi laki-laki dan tujuh tahun bagi perempuan bila dibandingkan dengan yang bukan pasien diabetes. Pengurangan usia ini paling besar bila awitan penyakit terjadi pada usia muda.
Pasien diabetes sebenarnya relatif dapat hidup normal asalkan mereka mengetahui dengan baik keadaan dan cara penatalaksanaan penyakit yang dideritanya. Oleh karena itu, edukasi pasien amatlah perlu. Karena kualitas hidup semua pasien diabetes sangat terpengaruh oleh banyaknya komplikasi yang menimbulkan bahaya. Terlebih lagi, perlunya diet ketat dan pengobatan terus-menerus menimbulkan pergulatan emosi yang terus-menerus pula, bagi banyak pasien.
Penyebab kematian pada diabetes (urut frekuensi) adalah infark miokard, gagal ginjal, stroke, infeksi, ketoasidosis, koma hiperosmolar, hipoglikemia.
B. TINJAUAN PUSTAKA
Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme berupa hilangnya toleransi glukosa.
Metabolisme insulin normal
Insulin adalah polipeptida yang terdiri dari rantai A dengan 21 asam amino dan rantai B dengan 30 asam amino. Kedua rantai tersebut berikatan dengan ikatan disulfida. Pada manusia, gen untuk insulin terletak di lengan pendek kromosom 11. Insulin disintesis oleh sel beta diawali dengan translasi RNA insulin oleh ribosom yang melekat pada RE membentuk preprohormon. Preprohormon diubah menjadi proinsulin, lalu melekat pada golgi membentuk insulin. Waktu paruh insulin dalam sirkulasi sekitar 5-6 menit.
Mekanisme kerja insulin
Kerja insulin dimulai ketika terikat dengan reseptor glukoprotein yang spesifik pada permukaan sel target. Ketika insulin terikat dengan reseptor, beberapa peristiwa akan terjadi : (1) terjadi perubahan bentuk reseptor, (2) reseptor berikatan silang membentuk mikroagregat, (3) reseptor diinternalisasi, (4) dihasilkan satu atau lebih sinyal. Sinyal yang dihasilkan merangsang kerja pengangkutan, fosforilasi protein, aktivasi dan inhibitisi protein, dan terjadi sintesis RNA.
Gen reseptor insulin manusia terletak pada kromosom 19. Reseptor ini merupakan heterodimer yang terdiri atas dua subunit alfa dan beta. Subunit alfa seluruhnya berada di luar sel dan mengikat insulin. Subunit beta merupakan protein transmembran yang melaksanakan fungsi tranduksi sinyal.
Etiologi diabetes melitus
Diabetes melitus disebabkan oleh defisiensi insulin relatif atau absolut. Pada diabetes tipe I atau Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM) terdapat defisiensi insulin absolut yang disebabkan oleh autoimun atau idiopatik. Sedangkan diabetes tipe II atau Non Insulin Dependent Diabetes melitus (NIDDM), defisiensi insulin bersifat relatif dengan kadar insulin serum kadang biasanya normal atau mungkin bahkan meningkat, yang disebabkan kelainan dalam pengikatan insulin pada reseptor. Kelainan ini dapat disebabkan oleh berkurangnya jumlah reseptor atau akibat ketidaknormalan reseptor insulin intrinsik. Selain tipe I dan tipe II, masih ada lagi jenis lain dari diabetes seperti MODY, defek genetik kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas, endokrinopati, karena obat, infeksi, antibodi insulin, gestasional DM.
Manifestasi klinis
Manifestasi klinis dikaitkan dengan konsekuensi metabolik defisiensi insulin. Diagnosis awal dengan gejala khas berupa polifagia, poliuria, polidipsia, lemas, berat badan turun tanpa sebab yang jelas. Gejala lain yang mungkin dikeluhkan pasien adalah kesemutan, gatal, mata kabur, impotensi, pruritas vulva pada wanita.
Diagnosis
Keluhan dan gejala yang khas ditambah hasil pemeriksaan glukosa darah sewaktu >200 mg/dl, glukosa darah puasa >126 mg/dl sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM. Untuk diagnosis DM dan gangguan toleransi glukosa lainnya diperiksa glukosa darah 2 jam setelah beban glukosa. Sekurang-kurangnya diperlukan kadar glukosa darah 2 kali abnormal untuk konfirmasi diagnosis DM pada hari yang lain atau Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) yang abnormal. Konfirmasi tidak diperlukan pada keadaan khas hiperglikemia dengan dekompensasi metabolik akut, seperti ketoasidosis, berat badan yang menurun cepat, dll..
Ada perbedaan antara uji diagnostik DM dan pemeriksaan penyaring. Uji diagnostik dilakukan pada mereka yang menunjukan gejala DM, sedangkan pemeriksaan penyaring bertujuan untuk mengidentifikasi mereka yang tidak bergejala, tapi punya resiko DM (usia >45 tahun, berat badan lebih, hipertensi, riwayat keluarga DM, riwayat abortus berulang, melahirkan bayi >4000 gr, kolesterol HDL <= 35 mg/dl, atau trigliserida >= 250 mg/dl). Uji diagnostik dilakukan pada mereka yang positif uji penyaring.
Komplikasi
A. Akut B. Kronik
1. koma hipoglikemia 1. mikroangiopati
2. ketoasidosis 2. makroangiopati
3. koma hiperosmolar nonketotik
Penatalaksanaan
A. Perencanaan makan C. Obat hipoglikemik
B. Latihan jasmani D. Penyuluhan
PEMBAHASAN
Sebelum membahas dan mendiagnosis penyakit, harus diketahui dahulu kesan umum pasien yang dapat diambil/ dilakukan saat anamnesis.
Dalam skenario pada kasus di atas, dapat dilihat kesan umum sebagai berikut :
1. usia = 55 tahun
2. BB= 90 kg, TB= 156 cm. Dari data tersebut dapat dicari indeks massa tubuh (BMI) dengan rumus, BMI= BB/ (TB)2 (BB dalam kg dan TB dalam meter), maka BMI= 90 / (1,56) 2 = 36,98. Berdasarkan kriteria dari Depkes, 1996, BMI > 27 adalah gemuk tingkat berat atau obes. Begitu pula berdasar WHO, dikatakan obes bila BMI > 30.
3. poliuria dengan frekuensi 10-15 kali sehari.
4. kedua kaki terasa kesemutan, hal ini mendasari kenapa dokter pada skenario mendiagnosis polineuropati dan merujuknya ke poliklinik neurologi.
5. pernah menderita gout arthritis.
6. ada riwayat keluarga dengan diabetes melitus, yaitu anak laki-laki dan saudara laki-lakinya.
7. tekanan darah tinggi, yaitu 150/100 mmHg. Berdasarkan The Joint National Committe (JNC) VII, penilaian tekanan darah dengan sistolik 140-159 dan diatolik 90-99, adalah hipertensi tahap pertama (stage 1 hypertension)
8. pemeriksaan laboratorium dengan hasil : kolesterol total 250 mg/dl (N < 200), trigliserida 350 mg/dl (N= 40-155), HDL 35 mg/dl (N laki-laki 35-55, wanita 45-65), LDL 215 mg/dl (N < 130), ureum 70 mg/dl (N=20-40), kreatinin 2 mg/dl (N= 0,5-1,5), asam urat 10 mg/dl (N=3-7). Berarti terjadi kenaikan semua hasil pemeriksaan, kecuali HDL kolesterol. Ini menunjukan gejala dislipidemia (hiperlipidemia) Dari data tersebuit di atas, dapat diambil kemungkinan sementara penyakit yang diderita adalah lebih condong pada diabetes melitus. Hal ini dikarenakan : 1. menunjukan beberapa gejala khas DM, yaitu poliuria, kesemutan, dan obes. 2. ada riwayat keluarga DM. 3. adanya kemungkinan komplikasi DM berupa hipertensi, dislipidemia, kesemutan (merupakan salah satu gejala neuropati). 4. mempunya resiko yang besar terhadap DM, yaitu usia > 40 tahun, ada riwayat keluarga DM, hipertensi, obes.
Namun, tidak dapat ditegakkan diagnosis jika hanya melihat data tersebut. Untuk menegakkan diagnosis DM perlu dilakukan pemeriksaan gula darah sewaktu yang > 200 mg/dl. Skema diagnosisnya adalah sebagai berikut :
skema diagnosis dm
Karena pada skenario tidak didapatkan data pemeriksaan gula, maka tidak dapat dipastikan pasien tersebut menderita DM.
Namun, ada beberapa gejala / penyakit yang dapat diberi penatalaksanaan sementara, yaitu untuk mengobati hipertensi, obesitas, dan dislipidemia.
1. Hipertensi. Ada tiga kelompok yang beresiko hipertensi :
a. Pasien dengan tekanan darah perbatasan 140-160 atau > 160, tanpa gejala penyakit kardiovaskular, kerusakan organ, atau faktor risiko lainnya. Bila dengan modifikasi gaya hidup, tekanan darah belum turun, maka diberi obat antihipertensi.
b. Pasien tanpa penyakit kardiovaskular dan kerusakan organ, tapi memiliki faktor risiko (usia > 60 tahun, merokok, dislipidemia, DM, riwayat keluarga), namun bukan DM, maka langsung diberi obat antihipertensi.
c. Pasien dengan penyakit kardiovaskular atau kerusakan organ yang jelas diberi obat sesuai jenis kerusakannya seperti beta bloker untuk infark miokard.
2. Obes. Secara keseluruhan pengelolaan obes mencakup :
a. Nonfarmakologis : pengaturan makan dengan mengurangi asupan kalori dan latihan jasmani.
b. Farmakologis : misal diethylpropion, flenfuranin.
c. Bedah pada kasus tertentu.
3. Dislipidemia dengan : (1) diet rendah lemak, (2) obat, seperti genfibrozil.
Selanjutnya akan saya bahas mengenai DM pada anak laki-laki pasien dan penyakit yang diderita saudara laki-laki pasien.
Pada skenario didapatkan riwayat anak laki-laki dari pasien pernah dirawat karena DM. Seperti diketahui sebelumnya, secara klinis DM dibagi menjadi tipe 1, tipe 2, dan tipe lainnya. DM tipe 1 (IDDM) disebabkan oleh kerusakan sel beta pankreas, sehingga insulin tidak terbentuk. Konsekuensinya, tanpa insulin yang cukup glukosa darah sukar diikat oleh sel target, sehingga timbulah hipergklikemia dalam darah. DM tipe 2 (NIDDM) disebabkan resistensi insulin, dimana sel beta pankreas dapat dengan normal mensekresi insulin, namun insulin tidak dapat berikatan dengan reseptor.
Tampaknya pada kasus ini, anak tersebut menderita DM tipe 1, hal ini terlihat pada keadaan penderita yang semula gemuk kemudian kurus. Mekanismenya sebagai berikut : semula gemuk, terkena DM tipe 1, kekurangan insulin, sel tidak dapat mengikat glukosa, terjadi lipolisis dan proteolisis dari sel otot, lemak dipecah, cadangan lemak berkurang, otot menipis, lalu kurus. Sedangkan pada tipe 2, justru terjadi sebaliknya. Karena kadar insulin yang cukup bahkan hiperinsulin, sel akan mudah mengikat lemak dan protein, walau terjadi resistensi terhadap glukosa, sehingga tubuh penderita akan gemuk.
Pembahasan selanjutnya, pada saudara laki-laki pasien. Didapatkan data pada skenario, penderita minum obat glibenklamid 3 x sehari. Glibenklamid adalah salah satu obat DM tipe 1 dari golongan sulfonilurea yang berfungsi salah satunya meningkatkan sekresi insulin. Namun, karena dosis terlalu banyak yang seharusnya sehari cukup 1 tablet, maka terjadi hipoglikemia. Hal inilah yang menyebabkan penderita dibawa ke rumah sakit.
Gejala hipoglikemia terdiri dari dua fase :
1. Fase 1 yaitu gejala yang timbul akibat aktivasi pusat otonom di hipotalamus sehingga dilepaskannya horman epinefrin, termasuk gejala peringatan. Gejala berupa palpitasi, keluar banyak keringat, tremor, ketakutan, lapar, mual.
2. Fase 2 yaitu gejala akibat gangguan fungsi otak, dinamakna gejala neurologi. Gejala berupa pusing, pandangan kabur, ketajaman mental menurun, hilang keterampilan motorik halus, penurunan kesadaran, kejang, koma.
Penatalaksanaan dilakukan bila pasien masih sadar dengan minum larutan gula 10-30 gr. Bila tidak sadar, diberi suntikan bolus dekstrosa 15-25 gr atau mengoleskan madu/sirup pada mukosa pipi. Bila belum sadar juga, kadar glukosa perlu diperiksa untuk dievaluasi lebih lanjut. Setelah pasien sadar beri infus dekstrosa 10% ± 3 har, dengan monitor glukosa darah 90-180 mg% tiap 3-6 jam.
Jika ditelisik, ternyata penderita ini pernah diamputasi. Tampaknya penderita pernah mengalami komplikasi DM, yitu ulkus/ gangren diabetik.
Penanganan pada DM itu sendiri dibagi dua, jangka pendek untuk menghilangkan gejala dan jangka panjang untuk mencegah komplikasi. Tujuan tersebut dilaksanakan dengan cara menormalkan kadar glukosa, lipid, dan insulin.
Kerangka utama penatalaksanaan DM, yaitu :
1. Perencanaan makan / diet.
Menurut standar PERKENI, santapan seimbang berupa karbohidart 60-70%, protein 10-15%, lemak 20-25%. Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, sters akut, dan kegiatan jasmani.
2. Latihan jasmani
3. Obat seperti sulfonilurea, biguanid, inhibitor alfa glukosidase, insulin.
PENUTUP
SIMPULAN
1. Pasien pada skenario di atas mempunyai kemungkinan besar menderita diabetes melitus, tetapi belum dapat ditegakkan diagnosis jika belum dilakukan tes glukosa darah sewaktu dan puasa.
2. Pasien menderita hipertensi, dislipidemia, dan obes dan didiagnosis menderita polineuropati.
SARAN
Sebaiknya pasien secepatnya dilakukan tes glukosa darah sewaktu dan puasa untuk menegakan diagnosis apakah terkena DM.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ganong, William F. 1998. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 17th . Jakarta: EGC.
2. Guyton, AC. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 9th . Jakarta: EGC.
3. Hadley, Mac E. 2000. Endocrinology. 5th . New Jersey: Prentice Hall, inc.
4. Mansjoer, Arif, dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. Edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius FKUI.
5. Murray, Robert K (et al). 2003. Biokimia Harper. 5th ed. Jakarta : EGC
6. Parakrama Chandrasoma dan Clive R Taylor. 2005. Ringkasan Patologi Anatomi. Edisi 2. Jakarta : EGC.
7. Price and Willson. 2005. Patofisiologi. 6th . Jakarta: EGC.
8. Tjokronegoro, Arjatmo, dkk. 2002. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1. Edisi 3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Kekuatan dari Positive Thinking
Pentingnya Berpikir Positive dan Bersikap Positive
Kenapa?????
Apa itu berpikir positif?
by Remez Sasson
Positive thinking is a mental attitude that admits into the mind thoughts, words and images that are conductive to growth, expansion and success. It is a mental attitude that expects good and favorable results. A positive mind anticipates happiness, joy, health and a successful outcome of every situation and action. Whatever the mind expects, it finds.
Maksudnya,
Berpikir positif adalah ketika secara kognitif kita menampilkan ucapan, sikap maupun perilaku kebiasaan kita secara positif dan konstruktif.Ini adalah sikap mental yang mengharapkan hasil yang baik dan menguntungkan. Pikiran yang positif mengantisipasi kebahagiaan, sukacita, kesehatan dan hasil yang sukses dari setiap situasi dan tindakan. Apapun yg menjadi harapan dari pikiran kita, akan menemukan sendiri jawabanya.
Kok?
Ya iyaaalah,
Jika sudah berpikir positif, otomasit sikap kita juga positif dan itu menentukan perilaku kita yg juga berdampak pd lingkungan di sekitar kita. Kalau kita positif, masa lingkungan mau merespon negatif?????
Menurut Donald Martin;
You are what you think. You feel what you want.
Mengapa Berpikir Positif?
Semua perasaan, keyakinan dan pengetahuan didasarkan pada pemikiran internal kita, baik sadar dan bawah sadar. Berada dalam kendali, entah kita tahu atau tidak, sadar atau tidak.
Tujuan tinggi dan melakukan yang terbaik
Sebagai manusia normal yg sehat secara mental, kita bisa positif atau negatif, antusias atau kusam, aktif atau pasif.
Perbedaan terbesar antara orang-orang adalah sikap mereka.
"Most folks are about as happy as they
make up their minds to be."
Abraham Lincoln
maksudnya; kebanyakan orang berpendapat bahwa kebahagiaan adalah ketika apa yg ada di pikiran mereka terwujud.
sikap positif bisa jadi merupakan kebiasaan, dibangun dari umpan balik dari orang tua, teman, masyarakat dan diri, yang membentuk citra diri kita dan dunia kita-secara visual dan bisa diterima secara empirik.
Sikap ini dipelihara oleh percakapan batin kita terus-menerus miliki dengan diri kita sendiri, baik secara sadar maupun tidak sadar.
Langkah pertama dalam mengubah sikap kita adalah mengubah percakapan batin kita.
So?
Satu pendekatan yang disebut tiga C: Commitment, Controll dan Challenge.
1. Commitment
Buatlah komitmen positif terhadap diri sendiri, untuk belajar, bekerja, keluarga, teman, alam, dan hal lain yang berharga bagi diri kita dan orang lain. Memuji diri sendiri dan orang lain.Impian dari keberhasilan. Jadilah antusias.
2. Controll
Jauhkan pikiran Anda terfokus pada hal-hal tidak penting. Tetapkan tujuan dan prioritas untuk apa yang Anda pikirkan dan lakukan. Visualisasikan dan latih tindakan Anda. Mengembangkan strategi untuk menangani masalah. Belajarlah untuk bersantai. Nikmati keberhasilan. Jujurlah dengan diri Anda sendiri.
3. Challenge
Jadilah berani. Selalu berubah dinamis dan semakin baik setiap hari. Lakukan yang terbaik dan jangan melihat ke belakang. Lihat belajar dan perubahan sebagai kesempatan. Cobalah hal baru. Pertimbangkan beberapa pilihan. Temui orang baru. Ajukan banyak pertanyaan.Cek kesehatan mental dan fisik. Hidup sehat dan menjaga pola makan dan gaya hidup. Jadilah optimis.
Studi menunjukkan bahwa orang dengan karakteristik ini adalah pemenang dalam waktu baik dan selamat dalam masa-masa sulit.
Berpikir positif yuuuuuuuuuuuuuuuuuuks..
yg miring2 atau celoteh2 nggak penting, mending skip aja dah ;)
Kenapa?????
Apa itu berpikir positif?
by Remez Sasson
Positive thinking is a mental attitude that admits into the mind thoughts, words and images that are conductive to growth, expansion and success. It is a mental attitude that expects good and favorable results. A positive mind anticipates happiness, joy, health and a successful outcome of every situation and action. Whatever the mind expects, it finds.
Maksudnya,
Berpikir positif adalah ketika secara kognitif kita menampilkan ucapan, sikap maupun perilaku kebiasaan kita secara positif dan konstruktif.Ini adalah sikap mental yang mengharapkan hasil yang baik dan menguntungkan. Pikiran yang positif mengantisipasi kebahagiaan, sukacita, kesehatan dan hasil yang sukses dari setiap situasi dan tindakan. Apapun yg menjadi harapan dari pikiran kita, akan menemukan sendiri jawabanya.
Kok?
Ya iyaaalah,
Jika sudah berpikir positif, otomasit sikap kita juga positif dan itu menentukan perilaku kita yg juga berdampak pd lingkungan di sekitar kita. Kalau kita positif, masa lingkungan mau merespon negatif?????
Menurut Donald Martin;
You are what you think. You feel what you want.
Mengapa Berpikir Positif?
Semua perasaan, keyakinan dan pengetahuan didasarkan pada pemikiran internal kita, baik sadar dan bawah sadar. Berada dalam kendali, entah kita tahu atau tidak, sadar atau tidak.
Tujuan tinggi dan melakukan yang terbaik
Sebagai manusia normal yg sehat secara mental, kita bisa positif atau negatif, antusias atau kusam, aktif atau pasif.
Perbedaan terbesar antara orang-orang adalah sikap mereka.
"Most folks are about as happy as they
make up their minds to be."
Abraham Lincoln
maksudnya; kebanyakan orang berpendapat bahwa kebahagiaan adalah ketika apa yg ada di pikiran mereka terwujud.
sikap positif bisa jadi merupakan kebiasaan, dibangun dari umpan balik dari orang tua, teman, masyarakat dan diri, yang membentuk citra diri kita dan dunia kita-secara visual dan bisa diterima secara empirik.
Sikap ini dipelihara oleh percakapan batin kita terus-menerus miliki dengan diri kita sendiri, baik secara sadar maupun tidak sadar.
Langkah pertama dalam mengubah sikap kita adalah mengubah percakapan batin kita.
So?
Satu pendekatan yang disebut tiga C: Commitment, Controll dan Challenge.
1. Commitment
Buatlah komitmen positif terhadap diri sendiri, untuk belajar, bekerja, keluarga, teman, alam, dan hal lain yang berharga bagi diri kita dan orang lain. Memuji diri sendiri dan orang lain.Impian dari keberhasilan. Jadilah antusias.
2. Controll
Jauhkan pikiran Anda terfokus pada hal-hal tidak penting. Tetapkan tujuan dan prioritas untuk apa yang Anda pikirkan dan lakukan. Visualisasikan dan latih tindakan Anda. Mengembangkan strategi untuk menangani masalah. Belajarlah untuk bersantai. Nikmati keberhasilan. Jujurlah dengan diri Anda sendiri.
3. Challenge
Jadilah berani. Selalu berubah dinamis dan semakin baik setiap hari. Lakukan yang terbaik dan jangan melihat ke belakang. Lihat belajar dan perubahan sebagai kesempatan. Cobalah hal baru. Pertimbangkan beberapa pilihan. Temui orang baru. Ajukan banyak pertanyaan.Cek kesehatan mental dan fisik. Hidup sehat dan menjaga pola makan dan gaya hidup. Jadilah optimis.
Studi menunjukkan bahwa orang dengan karakteristik ini adalah pemenang dalam waktu baik dan selamat dalam masa-masa sulit.
Berpikir positif yuuuuuuuuuuuuuuuuuuks..
yg miring2 atau celoteh2 nggak penting, mending skip aja dah ;)
EGO, Super Ego dan ID
Sigmund Freud, seorang Jerman keturunan Yahudi yang lahir 6 Mei 1856 di Freiberg (Austria) ini telah membangkitkan semangat manusia untuk berpikir mengenai psikologi.
Freud, adalah mahasiswa yang jago di kampusnya. Meraih gelar sarjana dari Universitas Wina pada tahun 1881. Selain itu, Freud juga menguasai 8 bahasa!! Bayangkan, dan dalam umur 30 tahun, telah berhasil menaklukkan sekolah kedokteran.
Teorinya dalam ilmu psikodinamika yang menarik adalah mengenai ID, EGO dan SUPEREGO.
ID, bagian jiwa paling liar, berpotensi jahat. Ada yang menafsirkan ID sebagai nafsu manusia yang mementingkan kebutuhan perut ke bawah. Di sisi lain, ID, tidak mempertimbangkan akibat dari pemenuhan hasratnya. Intinya, ID adalah bagian jahat dari manusia yang beresiko merugikan orang lain dan diri sendiri. ID sebenarnya adalah yang menguasai manusia pada umur 0-2 tahun.
EGO, sebenarnya tidak jauh berbeda dengan ID. EGO juga ditafsirkan sebagai nafsu untuk memanuhi nafsu. Hanya saja telah ada kontrol dari manusia itu sendiri. Sudah ada pertimbangan, dan telah memikirkan akibat dari yang telah dilakukannya. Tepatnya, EGO adalah pengontrol ID. Contoh nyata dari EGO adalah peraturan. Semua rule yang dibuat adalah untuk mencegah manusia menjadi liar dan tak terkontrol. Freud menyatakan bahwa EGO banyak mendominasi manusia pada umur 2-3th
SUPEREGO, atau yang lebih sering di sebut dengan HATI NURANI.Pembentukan dan perkembangan super ego sangat ditentukan oleh pengarahan atau bimbingan lingkungan sejak usia dini. Bila seseorang di asuh dalam lingkungan yang serba cuek dan mau menang sendiri, bisa dipastikan, SUPER EGO atau NURANINYA tumpul. sedangkan SUPEREGO ada dan muncul pada diri manusia pada umur 3 tahun ke atas.
Tapi jangan salah, walaupun telah dikelompokkan ke dalam tahun-tahun munculnya, ID, EGO dan SUPEREGO mutlak ada pada diri manusia. Mereka memang muncul pada umur sekian dan sekian, tapi bukan berarti tidak akan pernah muncul lagi. ke tiga bagian jiwa ini akan terus menghiasi keseharian manusia. Tergantung, bagaimana mereka memanajemen bagian jiwa tersebut.
Manusia dewasa yang IDnya lebih dominan akan menjadi cikal bakal psiko(pat), tidak berperi kemanusiaan seperti Hitler, dan mereka adalah tikus-tikus kotor yang mencuru uang-uang rakyat. Yam mereka adalah orang-orang kejam. Tapi perlu kita ketahui, betapapun kejamnya, mereka tak lebih dari anak kecil yang berumur tak sampai 3 tahun.
Sedangkan bila IDnya telah dikuasai EGO, ia akan menjadi orang yang mulai memikirkan. Benar atau salah, Tapi pemikiran seringkali tumpul dan sangan tergantung dengan suasana di sekitarnya. Itulah lemahnya ID.
Sangat beruntung bila seseorang bisa mengoptimalkan fungsi SUPER EGOnya. Dia memikirkan dan dia merasakan. Dia mempertimbangkan dan lebih berpikir objektif dalam menghadapi masalah. Dengan SUPER EGO manusia belajar memengerti dan menindak lanjuti dengan kepala dingin. Berusaha seoptimal mungkin untuk tidak merugikan siapapun, karena ia tahu betapa sakit dan sedihnya bila dirugikan, apalagi dirugikan secara moral, sosial dan psikologi.
Sudah seimbangkah Ego, Super Ego dan ID-mu?
Freud, adalah mahasiswa yang jago di kampusnya. Meraih gelar sarjana dari Universitas Wina pada tahun 1881. Selain itu, Freud juga menguasai 8 bahasa!! Bayangkan, dan dalam umur 30 tahun, telah berhasil menaklukkan sekolah kedokteran.
Teorinya dalam ilmu psikodinamika yang menarik adalah mengenai ID, EGO dan SUPEREGO.
ID, bagian jiwa paling liar, berpotensi jahat. Ada yang menafsirkan ID sebagai nafsu manusia yang mementingkan kebutuhan perut ke bawah. Di sisi lain, ID, tidak mempertimbangkan akibat dari pemenuhan hasratnya. Intinya, ID adalah bagian jahat dari manusia yang beresiko merugikan orang lain dan diri sendiri. ID sebenarnya adalah yang menguasai manusia pada umur 0-2 tahun.
EGO, sebenarnya tidak jauh berbeda dengan ID. EGO juga ditafsirkan sebagai nafsu untuk memanuhi nafsu. Hanya saja telah ada kontrol dari manusia itu sendiri. Sudah ada pertimbangan, dan telah memikirkan akibat dari yang telah dilakukannya. Tepatnya, EGO adalah pengontrol ID. Contoh nyata dari EGO adalah peraturan. Semua rule yang dibuat adalah untuk mencegah manusia menjadi liar dan tak terkontrol. Freud menyatakan bahwa EGO banyak mendominasi manusia pada umur 2-3th
SUPEREGO, atau yang lebih sering di sebut dengan HATI NURANI.Pembentukan dan perkembangan super ego sangat ditentukan oleh pengarahan atau bimbingan lingkungan sejak usia dini. Bila seseorang di asuh dalam lingkungan yang serba cuek dan mau menang sendiri, bisa dipastikan, SUPER EGO atau NURANINYA tumpul. sedangkan SUPEREGO ada dan muncul pada diri manusia pada umur 3 tahun ke atas.
Tapi jangan salah, walaupun telah dikelompokkan ke dalam tahun-tahun munculnya, ID, EGO dan SUPEREGO mutlak ada pada diri manusia. Mereka memang muncul pada umur sekian dan sekian, tapi bukan berarti tidak akan pernah muncul lagi. ke tiga bagian jiwa ini akan terus menghiasi keseharian manusia. Tergantung, bagaimana mereka memanajemen bagian jiwa tersebut.
Manusia dewasa yang IDnya lebih dominan akan menjadi cikal bakal psiko(pat), tidak berperi kemanusiaan seperti Hitler, dan mereka adalah tikus-tikus kotor yang mencuru uang-uang rakyat. Yam mereka adalah orang-orang kejam. Tapi perlu kita ketahui, betapapun kejamnya, mereka tak lebih dari anak kecil yang berumur tak sampai 3 tahun.
Sedangkan bila IDnya telah dikuasai EGO, ia akan menjadi orang yang mulai memikirkan. Benar atau salah, Tapi pemikiran seringkali tumpul dan sangan tergantung dengan suasana di sekitarnya. Itulah lemahnya ID.
Sangat beruntung bila seseorang bisa mengoptimalkan fungsi SUPER EGOnya. Dia memikirkan dan dia merasakan. Dia mempertimbangkan dan lebih berpikir objektif dalam menghadapi masalah. Dengan SUPER EGO manusia belajar memengerti dan menindak lanjuti dengan kepala dingin. Berusaha seoptimal mungkin untuk tidak merugikan siapapun, karena ia tahu betapa sakit dan sedihnya bila dirugikan, apalagi dirugikan secara moral, sosial dan psikologi.
Sudah seimbangkah Ego, Super Ego dan ID-mu?
Langganan:
Postingan (Atom)